Penulis : Yosep Selamet R, S.Sos.
P
|
andangan yang ada di masyarakat
sekarang, program KB adalah keharusan istri atau wanita. Padahal bila sayang
istri, suami juga harus ber-KB. Sejak digalakkan pada tahun 1970, program KB
(Keluarga Berencana) selalu identik dengan wanita atau istri. Padahal wanita
juga memiliki hak reproduksi dan kesetaraan gender yang sama dengan pria. Pada
awalnya program KB memang diarahkan untuk wanita karena terfokus untuk menunda
kehamilan pada wanita. Akan tetapi wanita juga memiliki hak reproduksi yang
sama.
KB pada
dasarnya berfungsi untuk:
1. Menunda kehamilan
2. Mengatur jarak kehamilan
3. Mengatur jumlah anak
Karena fungsi KB tidak hanya untuk
menunda kehamilan, maka pria juga harus berperan. "Pria kalau sayang dan
kasihan sama istri, maka harus juga ber-KB. Kita harus ubah paradigma yang ada,
nggak hanya wanita yang ber-KB, tapi pria juga," saat wanita yang harus
ber-KB, maka ia harus bergantung dengan pil KB atau suntik yang bersifat
hormonal dan kimiawi, atau IUD yang ada batasnya.
"Yang namanya hormonal, pasti dalam jangka panjang menyebabkan perubahan hormon. Dan apa bapak-bapak tega, istrinya nggak sakit tapi harus terus minum obat yang bersifat kimiawi. Paradigma KB ini harus segera diubah,"
"Yang namanya hormonal, pasti dalam jangka panjang menyebabkan perubahan hormon. Dan apa bapak-bapak tega, istrinya nggak sakit tapi harus terus minum obat yang bersifat kimiawi. Paradigma KB ini harus segera diubah,"
sampai saat ini, baru ada dua jenis kontrasepsi
yang diperuntukkan bagi pria, yaitu kondom dan vasektomi.
Kondom merupakan cara paling
efektif bagi pasangan usia subur (PUS) untuk menunda dan
mengatur jarak kehamilan, Kondom
bekerja dengan mencegah sperma bertemu dengan sel telur sehingga tidak terjadi
pembuahan. Penggunaan kondom akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan
spermasida ( senyawa kimia terdapat dalam bentuk jeli, tablet vagina, kream,
busa vaginal yang berfungsi membunuh sperma.), Penggunaan kondom cukup efektif
selama digunakan secara tepat dan benar. Kegagalan kondom dapat diperkecil
dengan menggunakan kondom dengan cara benar, gunakanlah saat ereksi dan lepaskan
pada saat ejakulasi. Kegagalan biasanya terjadi bila kondom robek karena kurang
hati-hati atau karena tekanan pada saat ejakulasi sehingga terjadi perembesan.
Efek samping dari kondom adalah bila terdapat alergi terhadap karet kondom.
Keuntungan dari kondom dapat dibeli secara bebas diapotik-apotik, mudah digunakan dan kondom juga memperkecil penularan penyakit kelamin.
Keuntungan dari kondom dapat dibeli secara bebas diapotik-apotik, mudah digunakan dan kondom juga memperkecil penularan penyakit kelamin.
sedangkan vasektomi cara paling
efektif untuk PUS yang sudah tidak ingin punya anak lagi.
METODE
OPERASI PRIA (MOP)/ VASEKTOMI :
- Cara KB permanen bagi pria yang sudah memutuskan tidak ingin punya anak lagi.
- Pertimbangkan secara matang sebelum mengambil keputusan.
- Operasi yang aman, sederhana dan mudah. Memerlukan hanya beberapa menit di klinik atau praktek dokter.
- Menggunakan bius lokal.
- Baru efektif setelah ejakulasi 20 kali atau 3 bulan pasca operasi. Sebelum itu masih harus menggunakan kondom.
- Tidak ada efek samping jangka panjang.
- Tidak berpengaruh terhadap kemampuan seksual.
Tapi kebanyakan pria Indonesia masih enggan
untuk ber-KB dengan berbagai alasan. Dari data BKKBN, lebih dari 60 persen PUS
sudah mengikuti program KB, tapi hanya 1,2 persen pria yang ber-KB menggunakan
kondom dan 0,3 persen pria yang vasektomi.
Dari hasil temuan dari
survei dan penelitian, berikut beberapa alasan
klasik
mengapa suami tidak mau ber-KB
L 1. Larangan dari keluarga
2. Kurang pengetahuan
3. Kurang kesadaran
4. Kurang informasi
5. Metode terbatas
6. Kurang dukungan istri
7. Kurang saran dan biaya
8. Adanya rumors yang membuat takut
Lalu kapan suami sebaiknya ber-KB?
1 1. Setiap saat baik untuk menunda
kehamilan, mengatur jarak kehamilan dan mengakhiri kesuburan.
2. Menyadari jumlah anak dianggap cukup
dan istri tidak cocok menggunakan jenis alat kontrasepsi apapun.
3. Empati suami terhadap istri dan
tidak ingin menambah beban isteri (over burdent) dengan bertambahnya
jumlah anak.
4. Sebagai bukti suami sayang kepada
istri dan ingin membebaskan istri dari ketergantungan pemakaian alat
kontrasepsi.
5. Suami-istri mempertimbangkan
kemampuan ekonominya dalam membesarkan dan membiayai pendidikan anak.
( Sumber : Dr
Wiwiek Ekameini, MM, Direktur Bina Kesertaan Keluarga Berencana Jalur Wilayah
& Sasaran Khusus BKKBN )
0 komentar:
Posting Komentar